Kamis, 20 Agustus 2009

Ramadan

Ramadan bagiku punya banyak makna. Saat masih duduk di bangku SD, aku menyambut datangnya ramadan dengan penuh sukacita. Ada dua hal yang membuatku senang. Pertama adalah menu makanan yang cenderung lebih 'istimewa' dibanding biasanya. Kedua, lebaran. Banyak kue dan baju baru. Silaturrahmi ke rumah tetangga dan mendapat uang saku. I love ramadan, i love lebaran.
Menginjak bangku SMP, aku tetap suka cita menyambut ramadan. Baju baru dan menu makanan istimewa tetap menjadi favoritku. Apalagi, menginjak SMP aku sudah diberi kebebasan membeli sendiri baju yang kusuka (biasanya dibelikan). Saat masuk SMP aku mulai diwajibkan berpuasa. Tetapi, karena jarak sekolah dan rumahku mencapai tujuh kilometer dan aku menempuhnya dengan bersepeda, kenakalanku seringkali timbul. Ditengah jalan aku seringkali minum atau makan. Setibanya dekat rumah langsung 'merapikan' mulut dan 'berpuasa'. Toh orangtuaku tidak tahu.
Masuk bangku SMA seharusnya aku sudah dewasa. Tetapi, rupanya tidak demikian. Aku hanya berpuasa penuh dalam separo bulan saja. Selebihnya, bolos. Itupun tak pernah ku bayar pasca ramadan. Yang ada di benakku masih sama. Baju baru dan kemeriahan lebaran.
Di bangku kuliah mulai sedikit ada peningkatan. Dengan lingkungan yang relatif islami aku hanya bolos sekitar seminggu (diskon khusus perempuan). Tetapi, hutang yang seharusnya ku bayar itu tetap saja menjadi hutang!
Lulus kuliah dan masuk dunia kerja aku kembali lepas kendali. nikmatnya mendapat baju baru dari orangtuaku tak lagi terpikirkan. Aku sudah harus memenuhi kebutuhan sehari-hari sendiri. Ramadan kali itu, aku bolos hingga belasan hari.Toh tidak ada yang tahu. Tidak ada yang memarahiku. Di kantor pun aku pura-pura berpuasa dan berbuka puasa bersama teman-teman di kantor. Mereka juga tetap tidak tahu.
Ramadan yang akan jatuh besok adalah ramadan pertama bersama suamiku (mantan pacarku). Jika semula (saat pacaran) dia selalu membelikanku makan sahur, sekarang kami tinggal serumah. Hidup bersama. Serasa ada hal yang baru. Tapi banyak juga yang hilang. Aku menyambut ramadan dengan suka cita. Tetapi, serasa ada beban yang menggelayut di otakku. Yang bahkan tak bisa kuceritakan pada siapapun.
Ya Allah..di usiaku yang hampir 28 tahun November nanti, aku masih bukan apa-apa
Aku hanya hambamu yang berlumur dosa
Aku yang dulu merasa dekat denganMu, kini justru semakin menjauh
Ampuni hamba ya Allah..Mohon ampuni semua kesalahan hamba
Hamba sadar..hamba telah terbuai. Hamba sadar hamba telah lalai
Jika semua ini hanya menjauhkanku dariMu, mohon beri hamba sesuatu yang baru
Sesuatu yang bisa mendekatkan hamba denganMu, dengan keluarga hamba
Sesuatu yang membuat hamba bisa menyentuhMu kelak
Marhaban ya ramadan..terima kasih telah memberi kesempatan untuk bercumbu denganmu tahun ini.....