Minggu, 25 November 2018

Spion Itu Bernama Mak Yah!

Di berbagai film dan drama, spion alias mata-mata, digambarkan kerap menyamar. Mulai jadi pelayan restoran, pemandu lagu, pelacur, hingga jadi preman sekalipun.
Dalam praktik nyata, spion memang bisa saja menyamar menjadi apapun demi informasi. Beberapa teman ada yang menyamar jadi tukang tambal ban, jadi penjual kerupuk. Suatu kali juga pura-pura menambalkan ban motornya demi mendekati sasaran.
Penyamaran memang jadi salah satu metode, yang mau tidak mau dipilih, untuk bisa menggali data dan peristiwa secara mendalam. Penyamaran bisa dilakukan siapapun. Yang well trained sampai amatir. Hanya butuh tekad dan keberanian saja.
Jika saya dulu harus beberapa kali menyamar, menyaru menjadi apapun sesuai kebutuhan informasi, ada orang yang tanpa latihan apapun bisa mendapat banyak informasi. Saya menyebutnya spion di lingkungan kami.
Informasi apapun bisa didapat dari dia. Siapa, sedang apa dengan siapa? Ada apa dengan mereka? Bisa dijawab dengan gamblang. Akurat. A1.
Namanya Mak Yah. Pekerjaannya memijat. Kliennya beragam. Mulai kelas high-end sampai middle-low dilayani semua. Tentunya dengan daftar antrean panjang. Harus beberapa kali menelepon sebelum dia bisa datang.
Selama memijat sekitar 90 menit, klien biasanya ngobrol ngalor-ngidul. Kalau sedang memijat saya, Mak Yah saya pancing untuk cerita topik terhangat. Mulai tetangga di ujung selatan, timur dan barat.
Berbagai cerita yang digalinya dari obrolan memijat pun mengalir satu demi satu. Mulai yang paling bermutu sampai kelas rumpi ibu-ibu, bisa didapat lengkap.
Saya jadi berpikir, jika ke depan Mak Yah semakin menasional dengan klien-klien pejabat besar karena pijatannya yang superenak, bukan tidak mungkin dia akan jadi spion polisi, BIN atau bahkan KPK. Dia gudang informasi, gudang data yang valid. Mengagumkan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar