Senin, 16 Maret 2009

Santri Juga Manusia...

Begitu mendengar kata santri yang terbayang di otak pastilah sarung, peci, dan baju koko. Tetapi, saya melihat hal berbeda kemarin. Tepatnya saat sedang iseng nonton film wanted. Di kota besar lainnya mungkin film ini sudah out of date, tapi di Kediri baru diputar sejak beberapa hari lalu. Mengenaskan memang, tapi apalah daya..hehe.
Ada yang menarik perhatian saya saat sedang mengantri tiket. Yakni ketika melihat segerombolan anak berusia belasan tahun beberapa kali berlarian kesana kemari membuat gaduh. Tak hanya di antrian area, belakangan saat saya ke toilet baru tahu kalau mereka juga bermain disana. Beberapa pengunjug yang berada di toilet berteriak karena lampu tiba-tiba padam saat mereka di dalam. Suara teriakan perempuan di sebelah ruangan juga terdengar karena mereka masuk ke toilet ladies.
Melihat banyak korbannya berteriak mereka bukannya takut tapi malah tertawa bersama-sama kegirangan. Saat itu saya tidak menyangka kalau mereka santri dari salah satu pesantren di Kediri. Penampilan mereka malam itu jauh dari kriteria santri yang saya tulis diatas. Memakai celana selutut, kaos oblong, dan sandal jepit. Saya baru sadar setelah saya perhatikan lebih dalam (saya sudah terbiasa cuek sih..) ternyata ada beberapa anak yang berkalungkan sarung dengan dilipat kecil. Saya semakin yakin setelah beberapa orang yang saya tanya membenarkan kalau mereka adalah santri. Rupanya sejak Minggu (15/03) lalu mereka libur selama seminggu.
Masa liburan bagi para santri ibarat lepas dari penjara. Mereka bisa melakukan apa saja, dimana saja, tanpa pengawasan. Ada yang memilih berjalan kaki meski jarak pesantren dan kota sekitar lima kilometer. Untuk santri yang dewasa biasanya bepergian menggunakan ojek sepeda onthel.
Ibarat orang puasa, liburan adalah Idul Fitri bagi mereka. Masa kebebasan. Jiwa muda mereka yang terkekang lantas menggelora. Tak heran jika cara untuk mengekspresikan bermacam-macam. Ada yang shopping ke pertokoan, sekedar jalan-jalan, dan sebagian memilih ke bioskop meski harus patungan beli tiket.
Menyadari kalau pemuda yang berlarian itu para santri sayapun menjadi mahfum. Biarkanlah mereka menikmati masa liburan mereka, masa kebebasan mereka. Tetapi lantas saya bertanya-tanya, film apa yang menarik minat mereka? rupanya film horor indonesia yang sekarang sedang booming juga disukai. Setidaknya saya lega karena mereka tidak suka film porno. Santri juga manusia..terlepas dari rutinitas mempelajari berbagai kitab salaf dan pengetahuan agama, mereka juga butuh hiburan seperti saya, anda, kita semua.....
'Selingan' itu saya yakini lambat laun akan membuat mereka berubah. Setidaknya, mereka tidak akan tampak 'berbeda' ketika berada di komunitas di luar pesantren..tak perlu berlarian di tempat antrian atau menggoda pengunjung di toilet. Ah..namanya juga manusia. Saya dan anda pasti pernah melakukan hal serupa. Jika tidak sekarang, itu pasti terjadi belasan atau puluhan tahun yang lalu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar