Minggu, 04 November 2012

Mimpi Usai, Saatnya Kembali ke Kehidupan Nyata



Pesta demokrasi telah usai. Sekitar 1,2 juta masyarakat Kabupaten Kediri telah menentukan pilihannya. Masyarakat yang selama beberapa bulan ini terbuai mimpi akan mudah dan sejahteranya kehidupan mereka lima tahun ke depan, harus kembali terjaga. Kembali menghadapi kehidupan nyata.
          Selama tiga bulan terakhir, pak tani yang sejak beberapa tahun lalu selalu mengeluh kesulitan pupuk, seolah mendapat keajaiban. Begitu musim tanam tiba, pupuk lancar, bahkan ada yang rela memberikan secara cuma-cuma. Para ibu rumah tangga yang semula mengeluh mahalnya harga sembako, tiba-tiba mendapat satu paket cuma-cuma. Mereka pun tersenyum gembira. Rejeki nomplok itu tak hanya datang sekali, tapi beberapa kali dari orang yang berbeda pula.
          Hampir seluruh lapisan masyarakat merasakan ‘kesejahteraan’ selama beberapa bulan ini. Para pedagang di pasar yang semula dagangannya seret, tiba-tiba mendapat bantuan uang hingga ratusan ribu. Para peternak mendapat penyuluhan, dan tentunya sejumlah uang. Segelintir PNS juga mendapat janji berupa promosi jabatan.
          Mei ini memang menjadi pesta bagi seluruh masyarakat Kabupaten Kediri. Semua lapisan masyarakat senang. Semua masyarakat menggantungkan mimpi. Mempercayai janji-janji yang saking banyaknya seolah membuat mereka jadi begitu terbuai.
          Saya lantas teringat ekspresi salah satu teman saya yang datang ke  rumah dengan wajah bersungut-sungut beberapa hari menjelang pemilihan bupati. “Piye? Omahmu diwenehi paket sembako opo ora? (Gimana? Rumahmu diberi paket sembako apa tidak?),” tanyanya dengan nafas terengah-engah.
          Saya yang memang jarang berada di rumah, hanya bisa tersenyum mendapat pertanyaan itu. Saya pun menimpali dengan jawaban enteng. “Kita kan kontraktor (masih ngontrak, Red), tapi kalau mereka nggak ngasih ke kita itu justru benar. Soalnya kalau dapat paket sembako, pasti saya laporkan ke panwas biar kita dapat berita baru,” jawab saya sambil tertawa keras setengah bercanda.
          Rupanya, teman saya begitu kecewa setelah mendengar istrinya tak kunjung di panggil untuk mengambil paket sembako yang konon dibagikan di lingkungannya. Dia risih karena sang istri beberapa kali mendapat cerita dari beberapa tetangga yang mendapat paket sembako.
          Keesokan harinya, saat pencoblosan dia tersenyum melihat jari saya yang terlihat ada bekas tinta. “Lho, kamu nyoblos? Kan nggak dapat apa-apa?” katanya. Saya kembali tertawa, apalagi melihat ekspresi wajah teman saya yang memang lucu itu. “Lho ini bukan masalah sembako. Ini masalah pemimpin,” jawab saya meledek yang langsung dibalasnya dengan pukulan.
          Ya, sebagian masyarakat kita memang masih mengartikan demokrasi sebagai sarana untuk mengeruk keuntungan masing-masing. Penyakit pragmatis yang menyerang akut di seluruh lapisan masyarakat itu pun dimanfaatkan dengan cukup baik oleh para calon yang membutuhkan dukungan.
          Masyarakat yang butuh bibit diberi bibit. Yang butuh sembako diberi sembako. Yang butuh pupuk murah diberi pupuk gratis. Yang butuh jabatan juga dijanjikan promosi untuk pos yang lebih tinggi dan strategis. Jurus yang cukup manjur dan terbukti cukup efektif. Tak heran, praktik seperti ini terjadi hampir di seluruh daerah. Mulai level pemilu di kabupaten, provinsi, hingga pemilihan presiden.
          Terlepas dari bagaimana proses demokrasi itu berjalan, masyarakat Kabupaten Kediri telah menentukan pilihannya. Haryanti hampir dipastikan akan menjabat bupati periode 2010-2015 mengisi jabatan yang ditinggalkan Sutrisno, suaminya.
          Mimpi telah usai, saatnya masyarakat Kabupaten Kediri menatap masa depan mereka. Saatnya masyarakat terbangun dan berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya. Sang pemimpin pun juga harus bersiap-siap untuk mewujudkan janji-janjinya, mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Kediri yang telah memberinya kuasa.
          Anggota DPRD yang menjadi representasi wakil rakyat juga harus bisa menjalankan fungsinya. Mengawasi proses pemerintahan di Kabupaten Kediri. Mendahulukan kepentingan rakyat dibanding kepentingan golongan dan sejumlah elit. Mewujudkan demokrasi pada arti yang sebenarnya.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar